Solusi Sehat untuk membangun Bisnis

Entri Populer

Jumat, 15 Juli 2011

Cintaku, Penyakitku

Judul    : Cintaku, Penyakitku
Titel      : Cerpen
Penulis: Torro Parengkuhan Dewata


Tahun 2007
Pagi itu aku seperti biasa—aku tetap mengerjakan pekerjaan rutinku, bekerja di Sebuah Salon kecantikan di daerah gajah mada Jakarta pusat, sebagai therapys, pukul 08:00 pagi aku sudah stay ditempat, padahal salon tempatku bekerja baru mulai buka pukul 09:00 pagi, artinya satu jam lebih cepat aku sudah siap-siap menjemput pekerjaan rutinkku, padahal biasanya aku datang terlambat yg mengakibatkan aku selalu kena semprot omelan Ciciku (sebutan untuk bosku) yang memang orang cina.

Tapi dipagi itu aku begitu yakin bakal dipuji oleh bosku.. atau malah sebaliknya dicibir oleh teman sekerjaku.. sukur kalau mendapat pujian dari bosku.. namun mendapat cibiran dari teman sekerjakupun gak masalah.. aku sudah siap dengan segala kemungkinan, pujian ataupun cibiran, dipagi ini gak penting bagiku, yang jelas ini hari yang sangat berbeda, karena suasana hati yang berbeda tentunya.
Bahagiakah? tentu saja hatiku bahagia, krn hanya kebahagiaan yg dapat membuat semangat bekerja meningkat. Berbunga-bungakah? tepatnya begitu… mungkin anda bertanya-tanya, apa gerangan yg membuat aku bahagia, berbunga-bunga, sehingga semangat bekerja dapat langsung melejit secepat sambaran kilat, siapapun bosnya dan teman-temanya pasti akan langsung terperangah melihat semangat kerjaku dipagi ini. “alahhh pesetan dengan semua itu” pokoknya aku tdk ingin kebahagiaanku tercecer dan menguap begitu saja, tepat pukul 09:30 nanti sang pembuat bahagiaku akan datang, itulah janjinya yang diucapkan diujung telepon sana

Salon tempatku bekerja sudah buka sedari tadi, tp sang pembuat bahagiaku masih belum juga datang, hatiku sudah mulai gelisah, mungkin karena disebakan rasa harap yg begitu besar, sekarang sudah pukul 02:15 tapi sang pembuat semangatku tak kunjung datang, sekarang hatiku bukan hanya gelisah, gundah terus merayapi sel-sel batinku, sesekali pori-poriku mengembang, mungkin udara dingin AC yg menyebabkanya, mungkin juga muntahan dari perasaanku yang sudah mulai campur aduk.

Ludiiiiiiiiiiiiiii, suara yang tidak asing memecahkan lamunanku, itu suara bos perempuanku, mungkin maksudnya Rudi, itu namaku, dengan logat cinna yang cadel dia memanggilu.
Ini Ibu Lusiana datang oooooooo…
Kamu dicalinya, buluan-buluan oooo0ooo…
Mendengar siapa yang datang aku langsung berjikat bangun dari tempat duduku, dimana baru saja aku melamun, kudekatan wajahku pada kaca rias Salon, sebentar kukucek mataku, tak lupa kurapikan rambutku, kusempatkan juga merapikan pakaianku “Ibu Lusiana” hatiku bergumam girang.

Kawan tahukan… bahwa ini adalah moment yang sangat aku nantikan sedari tadi, tentu sja aku tak akan menyia-nyiakan moment ini, aku harus tampil maksimal, tentunya menurut kemampuanku, kapasitas karyawan salon, therapys, aku langsung menyambar tas peralatanku, didalamnya ada baju ganti, tanganku merogoh lebih dalam kedalam tasku, lebih dalam sapai kedasar menyusup kebawah beberapa lipatan baju, “ah ini dia’ tahukah kawan apa yg kucari GATSBY, parfum andalanku.

Baru saja aku menyemprotkan parfum ajaibku, “Rudiiii… sedang ngapain?
Eee Achh enggak bu, tadi aku keringatan, Eee mmm ?
“Ya sudahlah kamu selesaikan dulu ya?
Ibu tunggu ditempat kerjamu Okay?
Ok’ Okay-okay Silahkan-silahkan ibu, sebentar aku menyusul, mmm

Ibu Lusiana seketika ngeloyor meninggalkanku yang masih tergagap-gagap dengan perasaan yang campur aduk, dia menuju ruang therapy, tak lama akupun langsung menyusulnya.




Selanjutnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar